Geliat Kristenisasi di Cipanas

Cipanas, Pacet, Kabupaten Cianjur merupakan salah satu lokasi target pemurtadan yang luput dari perhatian umat Islam. Para misionaris terus menjalankan aksinya hingga kini

Daerah Cipanas terkenal karena kesejukan dan kenyamanannya. Tapi, di balik semua itu tersimpan bara api yang suatu saat bisa membara. Apalagi kalau bukan upaya pemurtadan.

Upaya pemurtadan di daerah Cianjur ini bergerak terus hingga kini. Jurus pemberian pinjaman, rekreasi dan pembagian sembako dijalankan agar bisa menarik warga untuk berpindah agama.

Menurut Ahmad Najib dari Forum Masyarakat Muslim (FMM) Cipanas, kegiatan ini diketahui warga sekira dua tahun silam. Saat itu, ada sebuah rumah di Cinengah milik Atek yang dijadikan sebagai tempat kebaktian.

Umat Islam berhasil menutup tempat itu. Kesepakatan untuk menghentikan aktivitas kebaktian ini dilakukan pada 3 Mei 2006 lalu. Selanjutnya, kata Najib, ia bersama umat Islam sempat memergoki warga keturunan Ambon yang diduga beragama Nasrani menyebarkan gambar-gambar porno kepada warga Kampung Gedug.

Selain itu, dari seorang temannya yang menjadi pedagang keliling, Najib mendapat informasi bahwa di sebuah vila di Lembah Sukagalih didapati acara pembaptisan.

FMM menindaklanjuti laporan itu dengan melakukan investigasi. Dari hasil investigasi di Kampung Babakan Cisarua, ditemukan seorang Muslimah bernama Elis yang berhasil dimurtadkan. Menurut penuturan suaminya, Elis sudah dua hari tidak pulang ke rumahnya.

“Dari kasus Elis inilah, kami gencar membongkar upaya busuk pemurtadan ini. Secara tidak langsung kami pun berhasil menyeret Petrus Wawan Baino, warga Kampung Sukasari yang melakukan praktik pemurtadan di wilayah Babakan Cisarua,” kata Najib kepada SABILI.

Petrus Wawan Baino sendiri diduga kuat melakukan manipulasi data pribadinya. Di KTP tertulis kelahiran Cianjur, namun dalam Kartu Keluarga (KK) ia menuliskan dirinya kelahiran Garut.

“Ini merupakan trik yang bersangkutan agar diakui sebagai warga Cianjur dan memudahkan dirinya untuk melakukan kegiatan pemurtadan dengan modus pemberian pinjaman kepada kaum ekonomi lemah,” ucap Indra rekan Najib dari FMM.

Petrus berjanji tidak akan melakukan aktivitasnya lagi sesuai kesepakatan yang dibuat tanggal 20 Juli 2006.

Menurut Indra, lokasi-lokasi sasaran pemurtadan di Cianjur ada di Ciloto, Cibodas, Bukit Talitha, Ciseureuh, Bukit Karmel, Lembah Karmel, Ciranjang sampai Cianjur Selatan.

“Lokasi-lokasi yang dimaksud merupakan sasaran pemurtadan dari berbagai lembaga Nasrani yang ingin menjadikan Cianjur sebagai ladang Kristeninasi,” jelas Indra.

Data itu bukan cerita kosong. Salah seorang korban yang mengaku bernama Cecep menceritakan, saat pertama kali bertemu dengan Petrus sekitar delapan bulan lalu, dia menawarkan acara rekreasi ke Pelabuhan Ratu. Acara itu dihadiri sekitar 50 orang yang tidak semuanya saling kenal.

“Ternyata acara rekreasi itu dibarengi dengan nyanyi puji-pujian terhadap Yesus dan sepertinya ada pula upacara pembaptisan yang dilakukan dalam sebuah penginapan. Karena itu bukan kegiatan agama saya, maka saya justru jalan-jalan saja mengelilingi pantai,” ujar Cecep.

Cecep menambahkan, dalam sebuah kesempatan, Petrus mengumpulkan dirinya bersama yang lainnya untuk membeli rongsokan. Rongsokan itu dikumpulkan dalam sebuah rumah.

“Tapi, di rumah itu justru kami disuguhi dengan acara nyanyi-nyanyi dan penerangan soal Yesus. Saya menyesal mengikuti acara itu karena dengan sendirinya saya tak diberi kesempatan untuk melaksanakan shalat Ashar dan shalat Maghrib,” sesalnya ketika memberi kesaksian di hadapan FMM, Kepala Dusun dan DAP serta Badan Anti Pemurtadan (BAP) Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI).

Kepala Dusun Babakan Cisarua, Suherman, merasa prihatin dengan kejadian ini. Dia berjanji akan terus berjuang menghadang pemurtadan yang terjadi di daerahnya.

“Semoga kegiatan yang pernah dilakukan oleh Petrus Wawan Baino di daerah saya tidak terulang lagi kepada warga lainnya,” tegasnya, sambil meminta seluruh warga untuk bisa bekerjasama dalam menangani persoalan ini.

Senada dengan Kepala Dusun, tokoh ulama di sana, Ustadz Ma’mun, mengatakan, dirinya akan melakukan tindakan preventif dengan memberikan pengajaran perihal pemurtadan. Menurut Ustadz Ma’mun, ia akan berusaha secara optimal membina mereka yang telah jadi korban pemurtadan.

“Pemurtadan dapat membuat orang Muslim berpindah agama, maka seyogianya kami melakukan tindakan agar hal itu tak terjadi dan merajalela di sini,” harapnya.

Budi Ahmad Mulyana, Koordinator BAP-FUUI yang terjun ke lokasi bersama FMM mengatakan, gerakan pemurtadan di tempat ini terlihat dilakukan secara sistematis. Kendati belum terlacak pihak mana yang melakukannya, tetapi pengecekan lebih mendalam akan dilakukan sesudah mendapat keterangan dari para saksi dan korban.

“Berkoordinasi dengan FMM, kami dari BAP-FUUI akan melakukan investigasi untuk mengecek informasi tentang lembaga yang melakukan pemurtadan itu. Jika sudah jelas, tentunya kami dan FMM akan melakukan tindakan hukum dan meminta pertanggungjawaban mereka yang telah melakukan pemurtadan di Cipanas,” tegas Budi.

Pemurtadan dengan cara dan modus apapun jelas tak bisa dibiarkan. Umat Islam di Cipanas butuh dukungan untuk menghadapi gerakan Kristenisasi yang terus mengancam keselamatan akidah mereka. (arsip edisi 3/XIV/sabili)

One response to “Geliat Kristenisasi di Cipanas

Leave a reply to rizki Cancel reply